Senin, 28 Desember 2009
Kategorisasi itu berwujud karet gelang
Pernah makan ketoprak Jakarta ga? Gue sebut ketoprak jakarta karena makanan ini selalu ada di setiap sudut kota jakarta. Gue sebut ini sebagai jalur darurat lapar, selain karena harganya yg relatif murah sekitar 6000-7000,porsinya juga bikin perut kenyang ditambah mulut akan beraroma agak kacang. karena biasanya tukang ketoprak jualan dari malam sampe pagi sekitar subuh maka tambah pas lah buat orang seperti saya yang suka kelaperan ditengah malam buta. Jadi gini, Kemarin, gue sempet beli ketoprak 4 bungkus, buat orang-orang rumah. Yang makan beda, seleranya pasti beda juga. Dan gue pesenlah 4 jenis racikan yg berbeda. Racikan pertama adalah: cabe dua, garam jangan terlalu banyak. Racikan kedua adalah : cabe dua garam sedang saja jgn terlalu asin. Racikan ketiga adalah : cabe banyak,pedes,bihunnya agak banyak,lontongnya setengah aja. Racikan keempat adalah : jangan pake cabe samasekali. Mulailah si abang menyiapkan 4 piring yg berbeda untuk melayani customernya ini. Dalam bisnis ketoprak ini si abang yg belakangan gue tau namanya pak mamat berlaku sebagai pemilik usaha tunggal atas gerobaknya yang setiap malam terparkir dengan apik di pojok gang keranjang. Tidak ada yang namanya struktur organisasi, tidak ada formalitas pekerjaan, yang tampak hanya kegigihan dalam menghadapi spesialisasi kerja. Kenapa? Jawaban mudah, karena tukang ketoprak Cuma butuh ulekan dan bumbu kacang. pak mamat mendorong sendiri gerobaknya, Pak mamat menghitung sendiri kembaliannya, pak mamat mengatur keluar masuknya modal, pak mamat mengatur sendiri jam kerjanya,tidak ada cuti tidak ada gaji pokok, tidak ada gaji ke 13, tidak juga naik gaji. Yang ada Cuma hasil atas kerja semalaman, makin lama jam terbang gerobaknya, makin banyak untung diraih karena masyarakat senantiasa butuh ketoprak. Buat ngeganjel perut. Marketingnya di biarkan berjalan apa adanya dari mulut kemulut. Kalo saya ingin usaha sesuatu yg menghasikan untung -yang lumayan- saya akan pilih ketoprak sebagai resolusi kreatif, tapi saya Cuma bagian ngegoreng tahunya doang. Pernah ngulek? Itu sungguh menyiksa kawan, saya jadi gemeteran buat megang pinsil. Hasilnya bisa dibayangkan tulisan saya makin tidak keruan saja. Nah hal ini yang membuat saya mengerti kenapa tukang ketoprak lebih senang bermain karet dan merobek-robek daripada menandai dengan pulpen, mungkin mereka takut kalau-kalau pembungkusnya yg terbuat dari kertas(agak tipis) berwarna coklat itu robek tertusuk ujung pulpen. Ya, mereka lebih senang merepotkan diri dengan kombinasi karet warna-warni –terakhir saya beli ketoprak saya dapat 3 warna merah,ijo,putih- dan satu bungkus yang dirobek. Pernah saya membeli ketoprak ditempat yg berbeda, maka beda pula jenis kategorisasinya tapi bentuknya masih sama karet gelang.
Kamis, 10 Desember 2009
ATAS NAMA RAKYAT !


memperingati hari antikorupsi sedunia yg jatuh pada tanggal 9 desember lalu.
:Buruh Tani
Buruh Tani Mahasiswa Rakyat Miskin Kota...
Bersatu Padu Rebut Demokrasi...
Gegap Gempita Dalam Satu Suara...
Demokrasi Sepenuhnya...
Hari-hari Esok Adalah Milik Kita...
Terbebasnya Masyarakat Pekerja...
Terciptanya Tatanan Masyarakat...
Indonesia Baru Tanpa ORBA...
Marilah Kawan Mari Kita Songsongkan...
Ditangan Kita Tergenggam Arah Bangsa...
Marilah Kawan Mari Kita Nyanyikan...
Sebuah Lagu Tentang Pembebasan...
Di Bawah Kuasa Tirani...
Kutelusuri Garis Jalan Ini...
Berjuta Kali Turun Aksi...
Bagiku Itu Langkah Pasti...
Rabu, 09 Desember 2009
. . . . . .
Seperti matahari engkau kubanggakan
Seperti udara engkau kubutuhkan
Seperti manis senyummu yang memang meng-asyikan
NB : kadang judul menjadi sesuatu yg boleh di kesampingkan (atau bahkan diganti titik titik?) untuk menambah kesan agak keren. hahaha
Seperti udara engkau kubutuhkan
Seperti manis senyummu yang memang meng-asyikan
NB : kadang judul menjadi sesuatu yg boleh di kesampingkan (atau bahkan diganti titik titik?) untuk menambah kesan agak keren. hahaha
Langganan:
Postingan (Atom)